PENELITIAN SOSIOLOGI
“DAMPAK SISWA YANG TERLAMBAT SEKOLAH TERHADAP PRESTASI
BELAJAR DI SMAN 13 PEKANBARU”
Guru pembimbing: Gusneti fitri
handayani, S.Sos,M.Si
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
WIDHYA AYU
NINGRUM SUSILAWATI
INDAH PERMATA
MUHAMMAD ASRIL
ABDURRAHIM
MEGI M. NUR
Kelas: XII. IPS
SMAN 13 PEKANBARU
T.P 2012/2013
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Nama:
1. Widya Ayu Azhari
2. Ningrum Susilawati
3. Indah Permata
4. M.Asril
5. Megi M. Nur
6. Abdurrahim
Judul
Penelitian: Dampak Siswa yang Terlambat Sekolah
Terhadap
Prestasi Belajar di SMAN 13 Pekanbaru.
Pekanbaru, Desember 2012
Pembimbing
Gusneti
Fitri Handayani,S.Sos,M.Si
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah
SWT, yang selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat
menyelesaikan penelitian sosial ini yang berjudul “PENGARUH SISWA YANG
TERLAMBAT SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJARNYA” dengan baik sesuai dengan apa
yang diharapkan.
Penelitian sosial ini juga merupakan salah
satu kelengkapan tugas siswa-siswi kelas XII IPS SMA Negeri 13 Pekanbaru
sebagai syarat kelulusan pada tahun ajaran 2012/2013.
Dalam kesempatan ini, peneliti mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang memberikan dukungan
dan bantuan secara moral maupun material dalam proses penyelesaian penelitian
sosial ini.
Ucapan
terima kasih tersebut ditujukan kepada:
1. Ibu
Gusneti Fitri Handayani, selaku pembimbing penelitian sosial yang turut
membantu dan membimbing kami dalam pembuatan penelitian ini.
2. Orang
tua yang telah memberikan doa dan dukungannya.
3. Siswa-siswi
SMA Negeri 13 Pekanbaru yang telah berpartisipasi sebagai responden.
4. Teman-teman
kelas XII.IPS yang telah banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan
penelitian ini.
Semoga
hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun penelitian ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penulis mohon untuk
saran dan kritik yang membangun.
Terima
kasih,
DAFTAR ISI
LEMBAR
PENGESAHAN PENGUJI .............................................................................
KATA
PENGANTAR ......................................................................................................
DAFTAR
ISI ....................................................................................................................
DAFTAR
TABEL
............................................................................................................
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah .....................................................................
1.2 Perumusan
Masalah ............................................................................
1.3 Tujuan
Penelitian ................................................................................
1.4 Manfaat
penelitian ..............................................................................
1.4.1 Manfaat Bagi
Siswa ...................................................................
1.4.2 Manfaat Bagi Guru
....................................................................
1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti
.................................................................
1.4.4 Manfaat Bagi Sekolah
.................................................................
BAB
II KERANGKA TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka ................................................................................
2.2 Kerangka Teoritis ...............................................................................
BAB
III METODOLOGI
3.1 Pendekatan Penelitian ........................................................................
3.2 Jenis Penelitian ..................................................................................
3.3 Tempat dan Waktu
Pelaksana ...........................................................
3.4 Populasi dan
Sampel
.........................................................................
3.4.1
Populasi
..............................................................................
3.4.2 Sampel .................................................................................
3.5 Teknik Pengumpulan Data .................................................................
3.6 Teknik Analisa Data ...........................................................................
BAB
IV HASIL PENELITIAN
4.1 Faktor
penyebab keterlambatan siswa
................................................
4.2 Sanksi
yang diterima oleh siswa yang terlambat
.................................
4.3 Solusi dalam mengatasi siswa yang terlambat ....................................
BAB
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ........................................................................................
5.2 Saran ..................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA
......................................................................................................
LAMPIRAN
....................................................................................................................
DAFTAR TABEL
Tabel
1.1 Data Wawancara
Informan...........................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Berbicara
tentang sistem pendidikan dengan berbagai lembaga yang menyertainya ibarat
membicarakan gelombang air laut yang tiada hentinya. Asumsi ini tidaklah
berlebihan karena banyak hal yang bisa ditinjau di dalamnya serta banyak pula
persoalan fundamental melingkupinya yang nota bene membutuhkan upaya-upaya
untuk memecahkan permasalahan pendidikan tersebut.
Anak
usia sekolah atau siswa mempunyai peran yang penting dalam pembangunan bangsa
dan negara, karena mereka merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat
membangun dan menghasilkan karya-karya yang berguna bagi negara. Di tangan
siswa inilah bagaimana perkembangan suatu negara ditentukan. Anak-anak yang
terdidik, berdisiplin,dan berkualitas secara intelektual, mental dan spiritual
akan mampu berkompeten dalam menjalankan roda kehidupan berbangsa dan
bernegara, sehingga kelangsungan dan martabat bangsa dapat terjamin.
Kedisiplinan
pada anak usia sekolah atau siswa sangat penting diperhatikan, adanya
peraturan-peraturan yang jelas dan terarah sangat mempengaruhi anak pada masa
dewasanya nanti. Kedisiplinan pada siswa harus dilakukan, salah satunya adalah
kedisiplinan harus masuk akal dan adanya konsekuensi jika kedisiplinan
dilanggar.
Seorang
siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari
berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan sekolah. Setiap siswa
dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang
berlaku di sekolah. Ketika kedisiplinan dirasa sangat penting bagi siswa SMA
Negeri 13 Pekanbaru, maka pihak sekolah pertama kali perlu menertibkan siswa
yang terlambat sekolah. Untuk itu, kedisiplinan adalah hal yang penting dan
merupakan ciri kepribadian seseorang untuk meraih kesuksesan. Perlu diketahui
bahwa di SMA Negeri 13 Pekanbaru sudah mempunyai tata tertib yang akan
mendisiplinkan siswa yang terlambat. Peran guru dalam mendisiplinkan siswa yang
terlambat haruslah tegas dan mendidik, dengan begitu siswa diharapkan tidak akan
terlambat lagi datang ke sekolah.
Fakta
di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang sering terlambat. Dalam
aturan sekolah mengharuskan siswa datang sebelum jam 07.15 WIB, tetapi
kenyataannya masih ada siswa yang datang lewat jam tersebut. Banyaknya siswa
yang terlambat mengakibatkan kurang lancarnya proses kegiatan belajar mengajar
pada saat jam pertama pelajaran.
Keterlambatan
pada siswa tersebut bukan berarti tanpa sebab, berbagai macam alasan
diungkapkan para siswa yang sering terlambat, diantaranya adalah siswa yang
tinggal jauh dari sekolah, masalah transportasi, bangun kesiangan dan
sebagainya. Alasan-alasan seperti inilah yang sering dikemukakan siswa ketika
datang terlambat pada saat jam pelajaran pertama sudah dimulai. Namun, apapun
alasan para siswa yang datang terlambat menunjukkan tingkat kedisiplinan yang
rendah. Hal ini tidak boleh dibiarkan begitu saja sehingga pada akhirnya akan
menjadi budaya yang tidak baik pada lembaga pendidikan yang bersangkutan.
Untuk
mengatasi hal ini maka diperlukan suatu aturan yang tegas yang disertai dengan
sanksi yang dapat membuat siswa menjadi disiplin yang nantinya akan berguna
bagi ketertiban sekolah dan bagi diri siswa itu sendiri. Adapun kebijakan yang
diambil adalah dengan mengadakan suatu tindakan disiplin untuk memperbaiki
sistem atau aturan pada saat jam pelajaran dimulai. Kebijakan ini dilaksanakan
secara terpadu dengan melibatkan semua pihak yang terkait yaitu siswa, guru
piket, guru pelajaran jam pertama, wali kelas, guru BP/BK dan kesiswaan.
Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan manfaat terutama bagi siswa bahwa keterlambatan
dapat mempengaruhi kedisiplinan siswa yang pada akhirnya berpengaruh terhadap
prestasi belajar di sekolah. Karena penilaian guru dalam kegiatan belajar
meliputi penilaian kognitif, afektif dan psikomotorik.
Berdasarkan
uraian di atas, maka judul dalam penelitian ini adalah “DAMPAK SISWA YANG TERLAMBAT SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR DI SMA N
13 PEKANBARU”
1.2 Perumusan Masalah
1. Apakah
faktor-faktor penyebab keterlambatan siswa?
2. Apakah
sanksi yang diterima oleh siswa yang sering terlambat?
3. Bagaimana
solusi dalam mengatasi siswa yang terlambat?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk
mengetahui faktor penyebab keterlambatan siswa
2. Untuk
mengetahui sanksi yang diterima oleh siswa yang terlambat
3. Untuk
mengetahui solusi dalam mengatasi siswa yang terlambat
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1
Bagi Siswa
1. Siswa
dapat hidup disiplin dengan mematuhi peraturan yang ditetapkan sekolah,
terutama pada saat masuk jam pelajaran pertama.
2. Siswa
dapat mengatur waktu pada semua aktivitas yang dihadapinya, baik di sekolah
maupun di luar sekolah.
1.4.2
Bagi Guru
Guru dapat melaksanakan kegiatan
mengajar pada saat pelajaran pertama tanpa terganggu adanya permasalahan siswa
yang sering datang terlambat.
1.4.3
Bagi Peneliti
Menambah pengalaman dan wawasan peneliti dalam
melakukan penelitian terutama yang berhubungan dengan masalah siswa yang datang
terlambat ke sekolah.
1.4.4
Bagi Sekolah
Dapat menumbuhkan citra sekolah yang tertib dan
disiplin dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajarnya.
BAB
II
KERANGKA
TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Pengertian
dari “siswa” adalah seorang anak yang menuntut ilmu menurut STRUK, D.J. (1950)
: Lectures on classical Differential Geomtry, Addison – Wesley Press. Sedangkan
“sekolah” adalah salah satu tempat untuk menuntut ilmu menurut WEATHERBRU, C.E.
(1971) : Differential Geometry Of Three Dimensions, Cambridge University Press.
Dan pengertian dari “terlambat” adalah datang tidak pada waktunya, menurut
WILIMORE, T.J. (1959) : An Introduction to Differential Geometry, Oxford
University Press.
Disiplin
sekolah adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak
menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma,
peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah.
Kepatuhan
dan ketaatan siswa terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang berlaku di
sekolahnya itu biasa disebut disiplin siswa. Menurut Wikipedia (1993) disiplin
sekolah “Refers to students coplying with
a code of behavior often known as the school rules”. Yang dimaksud dengan aturan
sekolah (school rule) tersebut, seperti aturan tentang standar berpakaian
(standards of clothing), ketepatan waktu, perilaku sosial dan etika belajar.
Pengertian
disiplin sekolah kadangkala diterapkan pula untuk memberikan hukuman (sanksi)
sebagai konsekuensi dari pelanggaran terhadap aturan, meski kadangkala menjadi
kontroversi dalam menerapkan metode pendisiplinannya, sehingga terjebak dalam
bentuk kesalahan perlakuan fisik (Physical maltreatment) dan kesalahan
perlakuan psikologis ( Phsychological maltreatment), sebagaimana diungkapkan
oleh Irwin A. Hyman dan Pamela A. Snock dalam bukunya “Dangerous School”
(1999).
Berkenaan
dengan tujuan disiplin sekolah, Maman Rachman (1999) mengemukakan bahwa tujuan
disiplin sekolah adalah:
1) Memberi
dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang.
2) Mendorong
siswa melakukan yang baik dan benar.
3) Membantu
siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi
hal-hal yang dilarang oleh sekolah
4) Siswa
belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta
bagi lingkungannya.
Sementara
itu, dengan mengutip pemikiran Moles, Joan Gaustad (1992) mengemukakan: “School discipline has two main goals: (1) Ensure
the safety of staff and students, and (2) Create an environment conducive to
learning”.
Sedangkan
Wendy Schwartz (2001) menyebutkan bahwa : “The
goals of discipline, once the need for it is determined, should be to help
students accept personal responsibility for their actions, understand why a behavior
change is necessary, and commit themselves to change”. Hal senada
dikemukakan oleh Wikipedia (1993) bahwa tujuan disiplin sekolah adalah untuk
menciptakan keamanan dan lingkungan belajar yang nyaman terutama di kelas. Di
dalam kelas, jika seorang guru tidak mampu menerapkan disiplin dengan baik maka
siswa mungkin menjadi kurang termotivasi dan memperoleh penekanan tertentu, dan
suasana belajar menjadi kurang kondusif untuk mencapai prestasi belajar siswa.
Keith Devis mengatakan, “Discipline is
management action to enforce organization standarts”. Dan oleh karena itu
perlu dikembangkan disiplin preventif dan disiplin korektif. Disiplin preventif
adalah upaya menggerakkan siswa mengikuti dan mematuhi peraturan yang berlaku.
Sedangkan disiplin korektif adalah upaya mengarahkan siswa untuk tetap mematuhi
peraturan. Bagi yang melanggar diberi sanksi untuk memberi pelajaran dan
memperbaiki dirinya sehingga memelihara dan mengikuti aturan yang ada. Karena
pada hakikatnya tata tertib sekolah baik yang berlaku umum maupun khusus
meliputi tiga unsur (Arikunto, 1990:123-124) yaitu:
1. Perbuatan
atau tingkah laku yang diharuskan dan yang dilarang.
2. Akibat
atau sanksi yang menjadi tanggungjawab pelaku atau pelanggar peraturan.
3. Cara
atau prosedur untuk menyampaikan peraturan kepada subjek yang dikenai tata
tertib sekolah tersebut.
Sehubungan
dengan permasalahan keterlambatan siswa, seorang guru hendaknya mampu
menumbuhkan disiplin dalam diri siswa, terutama disiplin diri.
Dalam
kaitan ini guru dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Membantu
siswa mengembangkan pola perilaku untuk dirinya, setiap siswa berasal dari
berbagai latar belakang, karakteristik yang berbeda dan kemampuan yang berbeda
pula. Dalam hal ini guru harus dapat melayani berbagai perbedaan tersebut agar
setiap siswa dapat menemukan jati dirinya dan mengembangkan dirinya secara
optimal.
2. Membantu
siswa meningkatkan standar perilakunya.
3. Menggunakan
pelaksanaan aturan sebagai alat; peraturan-peraturan atau tata tertib sekolah
harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya agar tidak
terjadi pelanggaran-pelanggaran yang mendorong perilaku negatif atau tidak
disiplin, diantaranya siswa datang terlambat ke sekolah.
2.2 Kerangka Teoritis
Perilaku
menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama penyimpangan sosial adalah semua
tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem
sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk
memperbaiki perilaku yang menyimpang tersebut.
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah
laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan
dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat.
Dalam
kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma) untuk
berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh
masyarakat. Namun demikian di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih
kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang
berlaku pada masyarakat, misalnya seorang siswa yang terlambat datang ke
sekolah, seorang siswa yang menyontek pada saat ulangan, berbohong, mencuri,
dan mengganggu siswa lain.
Penyimpangan
terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau
individu yang melakukan penyimpangan disebut devian (deviant). Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku yang
tidak menyimpang yang sering disebut dengan konformitas. Konformitas adalah
bentuk interaksi sosial yang di dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan
harapan kelompok.
Definisi
perilaku menyimpang menurut para ahli:
§ James
Vander Zenden
Penyimpangan
sosial adalah perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang
tercela dan di luar batas toleransi.
§ Robert
M.Z. Lawang
Penyimpangan
sosial adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam
sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu
untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang itu.
§ Bruce
J. Cohen
Perilaku
menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan
kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat.
§ Paul
B. Horton
Penyimpangan
adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma
kelompok atau masyarakat.
§ Lewis
Coser
Mengemukakan
bahwa perilaku menyimpang merupakan salah satu cara untuk menyesuaikan
kebudayaan dengan perubahan sosial.
Ada
2 proses pembentukan perilaku menyimpang, yaitu:
1. Penyimpangan
sebagai hasil sosialisasi dari nilai-nilai subkebudayaan menyimpang
2. Penyimpangan
dari sosialisasi yang tidak sempurna.
Menurut
Wilnes dalam bukunya “Punishment and Reformation”, sebab-sebab penyimpangan
dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
1) Faktor
subjektif adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat
pembawaan yang dibawa sejak lahir).
2) Faktor
objektif adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan).
Bentuk-bentuk
perilaku menyimpang:
1. Penyimpangan
primer dan sekunder
·
Penyimpangan sosial primer
Penyimpangan sosial
primer adalah penyimpangan yang bersifat sementara (temporer). Orang yang
melakukan penyimpangan primer masih tetap dapat diterima oleh kelompok
sosialnya karena tidak secara terus-menerus melanggar norma-norma umum.
·
Penyimpangan sosial sekunder
Penyimpangan sosial
sekunder adalah penyimpangan sosial yang dilakukan secara terus-menerus
meskipun sanksi telah diberikan kepadanya sehingga para pelakunya secara umum
dikenal sebagai orang yang berperilaku menyimpang. Misalnya, seorang siswa yang
terus-menerus datang terlambat ke sekolah atau seorang siswa SMA yang terus
menerus menyontek pekerjaan temannya di kelas. Seseorang yang telah
dikategorikan berperilaku menyimpang sekunder tidak diinginkan kehadirannya di
tengah-tengah masyarakat (dibenci).
2. Perilaku
menyimpang menurut pelakunya
·
Penyimpangan individual
Penyimpangan individual
biasanya dilakukan oleh orang yang telah mengabaikan dan menolak norma-norma
yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. Orang seperti itu biasanya mempunyai
penyakit mental sehingga tak dapat mengendalikan dirinya. Penyimpangan perilaku
yang bersifat individual sesuai dengan kadar panyimpangannya adalah sebagai
berikut:
-
Pembandel, yaitu penyimpangan karena
tidak patuh pada nasihat orang tua agar mengubah pendiriannya yang kurang baik.
-
Pembangkang, yaitu penyimpangan karena
tidak taat pada peringatan pada orang-orang.
-
Pelanggar, yaitu penyimpangan karena
melanggar norma-norma umum yang berlaku.
-
Perusuh atau penjahat, yaitu penyimpangan
karena mengabaikan norma-norma umum sehingga menimbulkan kerugian harta benda
atau jiwa di lingkungannya.
-
Munafik, yaitu penyimpangan karena tidak
menepati janji, berkata bohong, berkhianat kepercayaan dan berlagak membela.
·
Penyimpangan kelompok
Penyimpangan kelompok dilakukan
oleh sekelompok orang yang tunduk pada norma kelompok, namun bertentangan
dengan norma masyarakat yang berlaku.
Menurut
Paul B. Horton, penyimpangan sosial memiliki enam ciri sebagai berikut:
1) Penyimpangan
harus dapat didefinisikan.
2) Penyimpangan
bisa diterima bisa juga ditolak.
3) Penyimpangan
relatif dan penyimpangan mutlak.
4) Penyimpangan
terhadap budaya nyata ataukah budaya ideal.
5) Terdapat
norma-norma penghindaran dalam penyimpangan.
6) Penyimpangan
bersifat adaptif (menyesuaikan).
Penyimpangan
mempunyai dua sifat, yaitu:
1. Penyimpangan
yang bersifat positif.
Penyimpangan yang
bersifat positif adalah penyimpangan yang tidak sesuai dengan aturan-aturan
atau norma-norma yang berlaku, tetapi mempunyai dampak positif terhadap sistem
sosial.
2. Penyimpangan
yang bersifat negatif.
Dalam penyimpangan yang
bersifat negatif, pelaku bertindak ke arah nilai-nilai sosial yang dipandang
rendah dan berakibat buruk, yang dapat mengganggu sistem sosial itu.
Teori-teori
penyimpangan sosial:
a) Teori
Differential Association (kelompok yang berbeda)
Edward
H. Sutherland memandang bahwa perilaku menyimpang bersumber dari pergaulan yang
berbeda, artinya seorang individu mempelajari perilaku menyimpang dari
interaksinya dengan seorang individu yang berbeda latar belakang asal, kelompok
dan budaya.
b) Teori
Labelling
Dikemukakan
oleh Edwin M. Lemert, menurut teori ini seseorang menjadi menyimpang karena
proses labelling berupa julukan, cap atau etiket yang ditujukan pada seseorang
oleh masyarakat. Mula-mula sifat penyimpangan primer, tetapi adanya julukan
membuat pelaku mengidentifikasi dirinya sesuai dengan julukan tersebut.
Teori
psikologi dari Sigmud Freud, perilaku menyimpang terjadi karena id tidak bisa
dikendalikan oleh ego yang seharusnya dominan maupun superego yang tidak aktif.
Id adalah bagian diri yang tidak sadar atau naluri, ego adalah bagian diri yang
bersifat sadar dan rasional. Superego adalah bagian diri yang telah menyerap
nilai-nilai dan norma dan berfungsi
sebagai suara hati.
c) Teori
K. Merton
Perilaku
menyimpang timbul karena anomi yaitu adanya ketidakharmonisan antara tujuan
budaya dengan cara-cara yang dipakai untuk mencapai tujuan budaya tersebut.
Menurut K. Merton terdapat lima cara pencapaian tujuan budaya dari cara yang
wajar sampai dengan yang menyimpang, yaitu:
1) Konformitas
2) Inovasi
3) Ritualisme
4) Retrealisme
(pengunduran diri)
5) Rebellion
(pemberontakan)
d) Teori
Fungsi
Dikemukakan
oleh Emile Durkheim, yang menyatakan bahwa tercapainya kesadaran moral dari
semua anggota masyarakat karena faktor keturunan, perbedaan lingkungan fisik
dan lingkungan sosial. Artinya kejahatan itu selalu ada, sebab orang yang
berwatak jahat pun akan selalu ada. Bahkan Durkheim berpandangan bahwa
kejahatan itu perlu agar moralitas dan hukum dapat berkembang secara normal.
Dalam
perspektif sosiologi, kajian perilaku menyimpang dipelajari karena berkaitan
dengan pelanggaran terhadap norma-norma sosial dan nilai-nilai kultural yang
telah ditegakkan oleh masyarakat. Selain itu, sosiologi membantu masyarakat
untuk dapat menggali akar-akar penyebab terjadinya tindakan penyimpangan dan
upaya untuk menghentikan atau paling tidak menahan bertambahnya penyimpangan
perilaku tersebut.
BAB
III
METODOLOGI
3.1.Pendekatan
Penelitian
Dalam
penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu suatu proses penelitian
dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena
sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu
gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan
responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998:15). Bog
dan dan Taylor (Moleong, 2007:3) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif
merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Penelitian
kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Dalam
penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci. Oleh karena itu,
peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas jadi bisa bertanya,
menganalisis, dan mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi lebih jelas.
Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikat nilai. Penelitian
kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang tersembunyi,
untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan
kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan.
3.2 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang
dapat diartikan sebagai prosedur penulisan yag menghasilkan data data
deskriptif kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku orang-orang yang
diamati. Sedangkan penulisan penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu
memberikan gambaran suatu keadaan tertentu secara rinci disertai dengan bukti.
3.3.Tempat
dan Waktu Pelaksanaan
Penelitian ini bertempat di SMA Negeri 13 Pekanbaru,
sedangkan waktu penelitian dilaksanakan mulai tanggal 3 Desember – 5 Desember 2012.
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Arikunto
(2006:130) menyatakan populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Jika
seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka
penelitiannya merupakan penelitian populasi atau studi populasi atau sensus.
Subyek penelitian adalah tempat variabel melekat. Variabel penelitian adalah objek
penelitian. Sementara itu Sukardi (2010:53) menyatakan populasi adalah semua
anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama
dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil
akhir suatu penelitian. Di pihak lain, Sisworo dalam Mardalis (2009:54)
mendefenisikan populasi sebagai sejumlah kasus yang memenuhi seperangkat
kriteria yang ditentukan peneliti.
Jadi dapat
disimpulkan populasi adalah sekelompok manusia, binatang, benda atau keadaan dengan
kriteria tertentu yang ditetapkan peneliti sebagai subjek penelitian dan
menjadi target kesimpulan dari hasil suatu penelitian.
3.4.2 Sampel
Sampel
adalah sebagian atau wakil dari pupulasi yang diteliti (Arikunto, 2006:131).
Mardalis (2009:55) menyatakan sampel adalah contoh, yaitu sebagian dari seluruh
individu yang menjadi objek penelitian. Jadi sampel adalah contoh yang diambil
dari sebagain populasi penelitian yang dapat mewakili populasi. Walaupun yang
diteliti adalah sampel, tetapi hasil penelitian atau kesimpulan penelitian
berlaku untuk populasi atau kesimpulan penelitian digeneralisasikan terhadap
populasi. Yang dimaksud menggeneralisasikan adalah mengangkat kesimpulan
penelitian dari sampel sebagai sesuatu yang berlaku bagi populasi.
Dalam
penelitian ini subjek penelitian berupa sampel yaitu siswa kelas X dan siswa
kelas XI SMA Negeri 13 Pekanbaru yang sering datang terlambat ke sekolah.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang
digunakan untuk menyusun penelitian ini adalah dengan metode wawancara. Budiyono
(2003:52) mengatakan bahwa metode wawancara
(disebut pula interview) adalah cara pengumpulan data yang dilakukan
melalui percakapan antara peneliti dengan subjek penelitian atau responden atau
sumber data. Dalam hal ini pewawancara menggunakan percakapan hingga yang
diwawancara bersedia terbuka mengeluarkan pendapatnya. Biasanya yang diminta
bukan kemampuan tetapi informasi mengenai sesuatu.
Dalam jurnal oleh Koichu dan Harel
(2007) dikemukakan bahwa: “A clinical task-based interview can be seen as a
situation where the interview-interviewee interaction on a task is regulated by
a system of explicit and implicit norms, values, and rules”. Dalam jurnal lain,
Hurst (2007 : 274) mengungkapkan bahwa: “Interview were chosen as the main data
gathering strategy for the original project because it was felt that
potentially ‘data rich’ environment this afforded would provide the best
context for assesistry and probing for presence of three models of thinking
(mathematical knowledge, contextual knowledge and strategic knowledge) both
before and following the intevention phase of project”.
Dari pengertian wawancara yang
dikemukakan para ahli atau pakar di atas dapat dijelaskan bahwa wawancara
adalah situasi dimana terjadi interaksi antara pewawancara dan yang
diwawancarai dengan pedoman wawancara berdasarkan pada hasil tes yang telah diberikan
kepada yang diwawancarai. Wawancara ini digunakan untuk memperoleh data primer
yang terbaik sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.
3.6 Teknik Analisa Data
Proses analisis data dimulai dengan menelah seluruh data yang
tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan, yang sudah ditulis
dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar foto, dan
sebagainya. Data tersebut banyak sekali, setelah dibaca, dipelajari, dan
ditelah maka langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi.
Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses dan
pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya.
Langkah selanjutnya adalah menyusunya
dalam satuan-satuan. Satuan-satuan itu kemudian dikategorisasikan pada langkah
berikutnya. Kategori-kategori itu dilakukan sambil membuat koding. Tahap akhir
dari analisis data ialah mengadakan pemeriksaan keabsahan data.. setelah
selesai tahap ini, mulailah kini tahap penafsiran data dalam mengolah hasil
sementaramenjadi teori substantif dengan menggunakan beberapa metode tertentu.
Menurut Patton, 1980 (dalam Lexy J. Moleong
2002: 103) menjelaskan bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.
Sedangkan menurut Taylor, (1975: 79) mendefinisikan analisis data sebagai
proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan
hipotesis (ide) seperti yang disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan
bantuan dan tema pada hipotesis. Dengan demikian definisi tersebut dapat
disintesiskan menjadi: Analisis data proses mengorganisasikan dan mengurutkan
data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan
tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang didasarkan oleh data.
Dari uraian tersebut di atas dapatlah kita
menarik garis bawah analisis data bermaksud pertama- tama mengorganisasikan
data. Data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri dari catatan lapangan dan
komentar peneliti, gambar, foto, dokumen, berupa laporan, biografi, artikel,
dan sebagainya. Pekerjaan analisis data dalam hal ini ialah mengatur,
mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan mengategorikannya.
Pengorganisasian dan pengelolaan data tersebut bertujuan menemukan tema dan
hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substantif.
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN
Pada
bab ini peneliti akan menguraikan sejumlah hasil penelitian yang dilaksanakan
di SMA Negeri 13 Pekanbaru. Pembahasan
yang diteliti yaitu mengenai “dampak siswa yang terlambat sekolah terhadap
prestasi belajar di SMA Negeri 13 Pekanbaru. Untuk mendapatkan data-data yang
diperlukan peneliti, peneliti melakukan wawancara sebagai metode penelitian
utama secara mendalam kepada siswa-siswi
di SMA Negeri 13 Pekanbaru.
Wawancara
yang dilakukan adalah wawancara tentang seputar faktor-faktor penyebab
keterlambatan siswa, sanksi yang diterima oleh siswa yang sering terlambat
serta solusi dalam mengatasi siswa yang terlambat, kemudian peneliti akan
menganalisa dan membahas data yang telah diperoleh. Pada penelitian ini,
peneliti menggunakan metode kualitatif. Dengan metode tersebut, peneliti
berusaha memaparkan data yang diperoleh dari hasil daftar pertanyaan penelitian.
Tabel 1.1
DATA WAWANCARA INFORMAN
|
|||
No
|
Hari/Tanggal
|
Nama Siswa
|
Kelas
|
1
|
Senin / 3 Desember 2012
|
Marshitoh
|
XI. IPS
|
2
|
Senin / 3 Desember 2012
|
Nia
|
XI. IPS 2
|
3
|
Senin / 3 Desember 2012
|
Syahroni
|
XI. IPS
|
4
|
Senin / 3 Desember 2012
|
M.Ridwan
|
XI. IPS 1
|
5
|
Rabu / 4 Desember 2012
|
Jimmy
|
X.1
|
(Sumber: Arsip peneliti,2012)
|
Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan melalui proses wawancara, maka pembahasan dari
hasil penelitian sebagai berikut:
4.1.
Faktor Penyebab Keterlambatan Siswa
Dari hasil wawancara yang telah peneliti lakukan,
sebagian besar siswa SMA Negeri 13 Pekanbaru masih belum bisa beradaptasi
dengan jam masuk sekolah yang dimajukan 15 menit lebih awal menjadi pukul 7.15,
dari yang awalnya siswa-siswi masuk sekolah pukul 7.30 WIB.
Berbagai macam alasan dikemukakan oleh para siswa
yang terlambat seperti jarak dari rumah ke sekolah yang jauh, bangun kesiangan,
faktor angkutan umum, ban motor bocor,
dan berbagai macam lagi alasan yang diberikan siswa terlambat. Hal ini
sesuai yang dikatakan oleh syahroni bahwa “saya datang terlambat ke sekolah
karena ban motor bocor serta belum ada bengkel yang buka pada pagi hari,
makanya saya terlambat.”
Namun ada juga beberapa alasan lain siswa yang
terlambat seperti sebelum berangkat ke sekolah para siswa bermain hp dulu serta
menonton acara tv kesukaan mereka, hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan
Marshitoh bahwa “Saya sebelum berangkat ke sekolah biasanya main hp, dengerin
lagu atau menonton tv”. Sedangkan menurut Nia mengatakan bahwa “saya datang
terlambat karena rumah saya jauh dari sekolah serta kadang-kadang menunggu
teman untuk pergi bareng”.
4.2.
Sanksi yang Diterima Siswa Terlambat
Dari hasil wawancara yang dilakukan, sanksi yang
diterima siswa SMA Negeri 13 Pekanbaru yang terlambat ada bermacam-macam, mulai
dari dikurung di luar pagar, mengisi
buku hukum, berdiri di lapangan voli, mencabut rumput, mengutip sampah yang ada
di pekarangan sekolah serta ada juga yang sampai di suruh pulang untuk
dipanggil orang tuanya datang ke sekolah.
4.3.
Solusi mengatasi Siswa yang Terlambat
Siswa-siswi yang datang terlambat datang ke sekolah
hampir menjadi pemandangan yang umum. Keterlambatan para siswa ini tentu saja
dapat mengganggu proses belajar mengajar yang sedang berlangsung di kelas.
Konsentrasi siswa dan guru di dalam kelas bisa saja menjadi buyar.
Untuk itu, dari
penelitian yang telah dilakukan peneliti, cara atau solusi untuk mengatasi
siswa yang terlambat ke sekolah adalah:
1. adanya
pemberian sanksi yang tegas dan dapat memberikan efek jera kepada siswa yang
melanggar yang diberikan oleh pihak sekolah.
2. Adanya
peran guru yang dapat memberikan contoh kepada siswanya agar tidak datang
terlambat. Karena gimana siswanya dapat mematuhi peraturan sekolah kalau
gurunya sendiri juga tidak mengikuti peraturan yang ada.
3. Peran
orang tua di rumah juga sangat diperlukan dalam mengatasi siswa terlambat.
Misalnya dengan mengingatkan anaknya jangan bersantai-santai di depan tv agar
tidak terlambat.
4. Yang
paling penting dalam mengatasi siswa yang terlambat ke sekolah adalah dari
kesadaran siswa itu sendiri untuk terbiasa mendisiplin diri dalam memanfaatkan waktu. Karena tidak ada gunanya
pemberian sanksi yang tegas yang diberikan sekolah apabila tidak adanya
kesadaran atau keinginan dari siswa itu sendiri untuk datang ke sekolah tepat
pada waktunya.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diatas, dapat
disimpulkan bahwa tingkat kedisiplinan siswa SMA Negeri 13 Pekanbaru masih
rendah. Hal ini dikarenakan masih ada saja siswa yang terlambat setiap harinya.
Keterlambatan pada siswa tersebut bukan berarti tanpa sebab, berbagai macam
alasan diungkapkan para siswa yang sering terlambat, diantaranya adalah siswa
yang tinggal jauh dari sekolah, masalah transportasi, bangun kesiangan dan
sebagainya. Alasan-alasan seperti inilah yang sering dikemukakan siswa ketika
datang terlambat pada saat jam pelajaran pertama sudah dimulai.
Berbagai macam sanksi yang dibuat oleh sekolah untuk
mengatasi siswa terlambat, mulai dari sanksi yang ringan seperti mencabut
rumput, mengambil sampah yang bertebaran di pekarangan sekolah dan sebagainya
sampai kepada pemberian sanksi yang berat yaitu dipulangkan dan pemanggilan
orang tua siswa yang terlambat. Namun, hal tersebut belum sepenuhnya mampu
untuk mengatasi siswa terlambat meskipun frekuensi siswa terlambat semakin
sedikit setiap hari.
Siswa yang terlambat sangat besar pengaruhnya
terhadap prestasi belajarnya karena dapat mempengaruhi konsentrasi belajar yang
pada akhirnya dapat mengganggu fikiran tentang materi yang sedang dibahas atau
diterangkan oleh Bapak atau Ibu guru terutama pada mata pelajaran jam pertama.
B.
Saran
Dalam rangka
meningkatkan kedisiplinan siswa yang terlambat datang ke sekolah, ada beberapa
upaya yang mungkin bisa dilakukan diantaranya:
1.
Untuk menumbuhkan konsep diri siswa sehingga siswa
dapat berperilaku disiplin, guru disarankan untuk bersikap empatik, menerima,
hangat danterbuka;
2.
Guru terampil berkomunikasi yang efektif sehingga
mampu menerima perasaan dan mendorong kepatuhan siswa;
3.
Guru disarankan dapat menunjukkan secara tepat
perilaku yang salah,sehingga membantu siswa dalam mengatasinya; dan
memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku yang salah;
DAFTAR PUSTAKA
·
Zuhro. Sosiologi SMA Kelas XII. 2007.
Jakarta : penerbit Yudistira.
·
Agus Sulistyo dan Adi Mulyono. 2004.
Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surakarta : Penerbit Ita.
·
Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
·
Prasetyo, Bambang. 2001. Penyusunan
Laporan Penelitian.
·
Bungin, B. 2007. Penelitian
Kualitatif. Prenada Media Group: Jakarta.
·
Bungin, B. 2003. Analisis Data
Penelitian Kualitatif. PT Rajagrafindo Persada: Jakarta.
·
Creswell, J. W. 1998. Qualitatif
Inquiry and Research Design. Sage Publications, Inc: California.
·
Nasir, Mohammad. Metode Penelitian.
Cet.3. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988
·
Sukardi. 2010. Metodologi Penelitian
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
·
STRUK, D.J. (1950) : Lectures on
classical Differential Geomtry, Addison – Wesley Press
·
WEATHERBRU, C.E. (1971) : Differential
Geometry Of Three Dimensions, Cambridge University Press
·
WILIMORE, T.J. (1959) : An Introduction
to Differential Geometry, Oxford University Press